Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
النُّصُوْصُ قَدْ إِنْتِهَى وَالْوَقَائِعُ غَيْرُ مُتَنَهِيَة # صَلِحٌ لَكُلِّ زَمَان وَمَكَان

Episode 4 : YUNDA "Mulai Di Hajar "


“..oo..”

Kami berdua menyusuri koridor kelas jurusan IPA. Tiba-tiba bulu kuduk gue merasakan kejanggalan. Aura tidak sedap tertangkap oleh batin gue.

“Yun..”,

“iya”,

“Masih jauh lab IPA-nya ?”, gue kayak ragu-ragu buat nanya.

“udah deke kok. Tuh di ujung koridor”, jawab Yunda sambil menunjuk ujung koridor yang gue rasa lebih mencekam.

“glekk”

--...---

“stop’, Yunda ngagetin gue.

Gue mengangkat sau alis. “why?”

“ga papa. Udah sampe sini aja.”

“em, ya terserah deh.” Jawab gue sekena jidat.

“terimakasih ya, udah bantuin gue.”

“sama-sama”

Setelah penyerahan buku ke Yunda, gue pun balik kanan dan bergegas pulang kandang.

(perlu diingat, dalam catatan sejarah peradaban dunia, ketika cewek berkata “ga papa” itu artinya kebalikan dari itu “ada apa-apa”)

Nafas gue baru berjalan lancar setelah gue sampai di jalur sepeda. Yang gue denger-denger itu adalah daerah bebas penguasa.

And i’m still not understand about that.

Langkah gue menuju koridor kelas jurusan IPS terasa berat, setelah gue liat ada kaka kelas yang nongkrong didepan gudang peralatan tukang kebun.

“permisi, kak.” Lagak gue agak sopan, maklum gue kan anak baru kemaren sore.

“drepp”

Seorang kaka kelas menghalangi langkah gue.

Tanpa basa-basi, tanpa banyak cingsong, kerah baju gue langsung disamber. Tubuh gue dihempasskan ke pintu gudang.

“brekk”.



(To be continued
episode sebelumnya : 12, 3,
episode selanjutnya : 567, ...